Masyarakat Singapura yang tumbuh pada tahun enam puluhan pasti akan ingat pada masa-masa ceria saat mereka kanak-kanak ketika wayang berkunjung ke kota! Atau lebih tepatnya, kampung! Selama beberapa hari yang gemuruh, pertunjukan ini dapat disaksikan hanya dengan berjalan kaki dari rumah. Beberapa seniman dengan wajah dicat dan memakai kostum warna-warni tampil untuk memerankan para tokoh dalam lagu dan tarian. Mereka akan menampilkan kisah-kisah yang penuh semangat, nilai-nilai kepahlawanan, dan pengkhianatan kekaisaran Tiongkok, bersama alunan musik Tiongkok sebagai latarnya, sambil sesekali mendengungkan gong dan simbal sesuai ritmenya. Adegan pertempuran menjadi sesi favorit bagi anak-anak. Pertarungan dengan pedang dan tombak dengan disertai sedikit akrobatik sudah cukup untuk membuat mereka terpana sepanjang malam.  

Masyarakat kampung berbondong-bondong mencari hiburan ini setiap malam, tidak hanya untuk menyaksikan wayang tetapi juga untuk menikmati makanan yang dijajakan oleh pedagang asongan yang kios-kiosnya berjejer di gang-gang di sekitar pertunjukan. Suasana karnaval memang terasa kental di seluruh kampung. Selain jajanan dan makanan penutup biasa, biasanya ada pedagang yang menjajakan kerang segar, yang direndam sebentar di air panas dan dimakan setengah matang, dengan darah yang masih menetes dari cangkangnya. Makanan ini merupakan salah satu hidangan lokal yang tidak dapat ditemukan lagi di Singapura.    

Tai Tong Ah adalah pendukung kuat untuk Wayang Tiongkok dan menjadi kontributor tetap dengan memasang iklan Minyak Herbal besar di atas panggung. Almarhum pendirinya, Mr Yeoh Liew Kung biasanya menyumbangkan acara dengan memainkan biola Tiongkok (rebana Cina bersenar dua) di atas panggung pertunjukan.

Wayang Tiongkok pernah menjadi aspek kehidupan masyarakat Singapura pada tahun enam puluhan, tetapi pamornya kian memudar sejak saat itu dan kini hanya menjadi nostalgia. Apakah Anda ingat, kalau Anda pernah menonton wayang saat Anda kanak-kanak? Kenangan apa yang paling lekat tentang masa-masa itu?

Author

Francis Yeoh

Dr Francis Yeoh is the youngest son of our company's founder, the late Mr Yeoh Liew Kung. He is presently Professorial Fellow for Entrepreneurship at the School of Computing, National University of Singapore (NUS).

Bahasa Indonesia